August 31, 2010

Bulan, Bintang, dan Matahari.

Dia masih disini.

Ibarat bintang, bintang kecil, yang selalu menemani bulan sekalipun pada malam hari, karena dia tau kalau bulan itu sebenarnya takut akan gelap. Disini, dilangit malam ini, untuk kesekian kalinya aku menatap sang bintang, yang juga dengan teduh menatapku. Sering aku berbisik pada jiwaku sendiri :

"kenapa sih kamu masih mau menemani bulan, hei bintang..? Bulan itu terlalu jauh untuk dapat kau peluk. Kamu haru melalui jarak satu juta cahaya, dan itu lama. Lama sekali, hei bintang......"

Tidakkah kau lihat bulan dengan begitu angkuh menjadikan dirinya sebagai satu-satunya pengikut bumi yang abadi. Dengan begitu sombongnya mengatakan bahwa dirinya adalah intan di malam hari. Tidakkah sakit dirimu, hei bintang????!

Ssst.. diam.. lihatlah matahari! Terbit dengan beribu derajat panasnya, berjuta watt terangnya. Memudarkan cahaya kecilmu, bintang..
Tapi aku disini, duduk dan memahami keberadaanmu. Aku tau kamu masih tetap setia menemani sang bulan, meskipun tubuhmu tak lagi berkerlap-kerlip. Twinkle-twinkle mu yang lagi-lagi terkalahkan dengan matahari..... terang sang matahari yang akan selalu mengalahkan semua cahaya. Gempitanya mengalahkan gemerlap sayumu.

Tapi jangan bersedih lagi bintang. Aku disini berdoa, agar suatu kali kamu bisa memeluk sang bulan, walaupun kamu harus melalui satu juta cahaya jaraknya. Tetaplah berkerlap dan berkerlip, hei bintang!



........... Dan saat ini pun dia masih disini.
Terimakasih bintang :)

4 comments:

  1. ein tolles Schriftum, salam buat bintang
    .rina.

    ReplyDelete
  2. eh? foto detik2 sebelum dikejar satpam stasiun nih? hahhaha
    *KABUUUURRR

    ReplyDelete
  3. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  4. dhila : iya.. tapi gue ga tau siapa yg fotoin. hhe

    ReplyDelete